Rabu, 17 September 2014

Kakak Iparku Yang seksi Dan Kesepian

Kali ini Ardhian akan berbagi Cerita Dewasa Hot Setengah Baya. Bagi para sobat
yang suka dengan cerita hot Ardhian akan bagikan cerita dewasa yang berjudul Godaan
Kakak Ipar Kesepian.

Berikut Cerita Dewasa Hot Setengah Baya: Godaan Kakak
Ipar Kesepian selengkapnya : 

Aku Adi. Dan usiaku sekarang 32
tahun. Aku sudah beristri dengan
1 anak usia 2 tahun. Kami bertiga
hidup bahagia dalam artian kami
bertiga saling menyayangi dan
mencintai. Namun sebenarnya aku
menyimpan rahasia terbesar
dalam rumah tanggaku, terutama
rahasia terhadap istriku.
Bermula pada beberapa tahun
yang lalu, ketika aku masih
berpacaran dengan istriku. Aku
diperkenalkan kepada seluruh
keluarga kandung dan keluarga
besarnya. Dan dari sekian banyak
keluarganya, ada satu yang
menggelitik perasaan kelaki-
lakianku, yaitu kakak
perempuannya yang bernama Ima
(sebut saja begitu).
Ima dan aku seusia, dia hanya
lebih tua beberapa bulan saja, dia
sudah menikah dengan suami
yang super sibuk dan sudah
dikaruniai 1 orang anak yang
duduk di sekolah dasar. Dengan
tinggi badan sekitar 160 cm,
berat badan seimbang, kulit putih
bersih, memiliki rambut indah
tebal dan hitam sebahu, matanya
bening, dan memiliki suara agak
cempreng tapi menurutku
sungguh seksi, sangat
menggodaku.
Pada awalnya hubungan kami
biasa-biasa saja, seperti misalnya
pada saat aku mengapeli pacarku
kerumahnya atau dia menemani
pacarku main kerumahku, kami
hanya ngobrol seperlunya saja,
tidak ada yang istimewa sampai
setelah aku menikah 2 tahun
kemudian. Dia menghadiahi kami
(aku dan pacarku) dengan sebuah
kamar di hotel berbintang (untuk
bulan madu) dengan dia bersama
anak tunggalnya ikut menginap di
kamar sebelah kamarku.
Setelah menikah, frekuensi
pertemuanku dengan Ima jadi
lebih sering, dan kami berdua
lebih berani untuk ngobrol
mendalam sambil diselingi canda-
canda konyol. Pada suatu hari,
aku dan istri beserta mertuaku
berdatangan kerumahnya untuk
weekend dirumahnya yang
memang nyaman. Dengan
bangunan megah berlantai dua,
pekarangannya yang cukup luas
dan ditumbuhi oleh tanaman-
tanaman hias, serta beberapa
pohon rindang membuat mata
segar bila memandang kehijauan
di pagi hari. Letak rumahnya juga
agak jauh dari tetangga membuat
suasana bisa lebih private.
Sesampainya disana, setelah
istirahat sebentar, rupanya istriku
dan ibu mertuaku mengajak untuk
berbelanja keperluan bulanan.
Tetapi aku agak mengantuk,
sehingga aku meminta ijin untuk
tidak ikut dan untungnya Ima
memiliki supir yang dapat
dikaryakan untuk sementara.
Jadilah aku tidur di kamar tidur
tamu di lantai bawah.
Kira-kira setengah jam kemudian
aku mencoba untuk tidur,
anehnya mataku tidak juga
terpejam, sehingga aku putus asa
dan kuputuskan untuk nonton TV
dahulu. Aku bangkit dan keluar
kamar, tetapi ternyata Ima tidak
ikut berbelanja. Ima menggunakan
kaus gombrong berwarna putih,
lengan model you can see dan
dengan panjang kausnya sampai
15 cm diatas lutut kakinya yang
putih mulus.
"Lho..kok nggak ikut ?" tanyaku
sambil semilir kuhirup wangi
parfum yang dipakainya, harum
dan menggairahkan,
"Tauk nih..lagi males aja gue.."
sahutnya tersenyum dan melirikku
sambil membuat sirup orange
dingin di meja makan.
"Anto kemana..?" tanyaku lagi
tentang suaminya.
"Lagi keluar negeri, biasaa...
urusan kantor.." sahutnya lagi.
Iman berjalan lesu.
Lalu aku menuju ke sofa di depan
TV kemudian aku asik menonton
film di TV. Sementara Ima berlalu
menuju tingkat atas (mungkin ke
kamarnya).
Sedang asik-asiknya aku nonton,
tiba-tiba kudengar Ima
memanggilku dari lantai atas;
"Di..Adi..."
"Yaa.. Ada apa?" sahutku,
"Kesini sebentar deh Di..", dengan
santai aku naik tangga dan
mendapatinya sedang duduk di
sofa besar untuk 3 orang sambil
minum sirup orangenya dan
nonton TV. Di lantai atas juga
terdapat ruang keluarga mini
yang lumayan apik dengan lantai
dilapisi karpet tebal dan empuk,
dan hanya ada 1 buah sofa besar
yang diduduki Ima.
"Ada apa neng..?" kataku
bercanda setelah aku sampai
diatas dan langsung duduk di sofa
disampingnya, aku diujung kiri
dekat tangga dan Ima diujung
kanan.
"Rese lu.. sini dong temenin gue
ngobrol ama curhat" katanya,
"Curhat apaan?",
"Apa ajalah, yang penting gue ada
temen ngobrol" katanya lagi.
Maka, selama sejam lebih aku
ngobrol tentang apa saja dan
mendengarkan curhat tentang
suaminya. Baru aku tahu, bahwa
Ima sebenarnya bete berat dengan
suaminya, karena sejak menikah
sering ditinggal pergi lama oleh
suaminya, sering lebih dari
sebulan ditinggal.
"Kebayangkan gue kayak gimana ?
Kamu mau nggak nemenin gue
sekarang?" tanyanya sambil
menggeser duduknya mendekatiku
lalu Ima meletakkan gelasnya
dimeja samping. Aku dengan
cepat bisa menebak apa yang ada
dipikirannya dan yang
diinginkannya saat ini.
"Kan gue sekarang lagi nemenin
lu.." jawabku lagi sambil
membenahi posisi dudukku agar
lebih nyaman dan agak serong
menghadap Ima. Ima makin
mendekat ke posisi dudukku.
Setelah mendekat duduk
denganku lagi, Ima mulai
membelai rambutku dengan
tangan kirinya sambil bertanya,
"Mau..?", aku diam saja sambil
tersenyum dan memandang
matanya yang mulai sayu
menahan sesuatu yang bergolak.
"Gimana sama orang rumah
lainnya (pembantu-pembantunya)
dan gimana kalau mendadak Riska
(istriku) dan nyokap pulang ?"
tanyaku,
"Mereka nggak akan datang kalau
aku nggak nelpon dan lu tau
sendiri kan nyokap bisa jam-
jaman kalau belanja." jawabnya
semakin dekat ke wajahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar