Jumat, 20 November 2015

Nafsu Birahi Adik Angkat Ku



Cerita Sex | Gardenbet.net  - Awal cerita terdahulu di  Perkosa Adik Angkat yang napsuin “ sudah aku ceritakan kalau aku akhirnya mempunyai niat untuk memperkosa adik angkatku, Fany. Segala cara aku lakukan untuk membangkitkan nafsu birahi adik angkatku yang montok itu. Dan akhirnya aku berhasil membangkitkan nafsu birahi adik angkatku.
Setelah aku membobol liang anusnya yang membuat Fany terkapar kembali. Aku biarkan Fany beristirahat sebentar kemudian aku mencabut penisku dari dalam anusnya kini aku mengarahkannya pada liang vagina Fany
“Ahhh… jangannn Bayy …jangan…ampun… ngakkkk mau”
Fany kembali menangis dengan tiba tiba.
“Udah coba aja dulu… pasti kamu suka koq”
Aku menjawab dengan santai sambil menggesek gesekkan kepala kemaluanku pada lubang vagina Fany.
Aku mulai menekan dengan kuat namun kepala kemaluanku malah terpeleset karena daerah vagina Fany terlalu licin tapi aku tidak putus asa membangkitkan nafsu birahi adik angkatku, aku terus menekan – nekan, setelah mencoba sebanyak 5 kali akhirnya kepala kemaluanku mulai dapat menyelam kedalam jepitan bibir vagina Fany
“Bayuu jangan… ahhh jangannn enggakk!!!!!!”
Fany benar – benar ketakutan dan ia menjerit jerit.
Jeritan Fany malah membuatku semakin mendorongkan penisku sampai terasa ada sesuatu didalam vagina Fany yang menahan lajunya kepala kemaluanku. Hmmmmm…. Aku yakin inilah dinding pusaka milik Fany yang cuma ada satu satunya didunia dan enggak bisa digantikan atau diperbaiki, aku mengambil ancang – ancang dan “Jrebbb… Jrebb”sekuat tenaga aku menghentak-hentakkankan penisku berusaha menjebol dinding pusaka itu dan berhasil juga aku perkosa adik angkatku yang napsuin.
Sementara Fany menangis dengan kencang sampai terisak – isak Aku tetap memompa penisku sambil menciumi Fany. Uhhhh…nikmatnya…dan aku semakin kencang memompa – mompa liang vagina Fany, lama kelamaan tangisan Fany berubah menjadi erangan dan kemudian menjadi desahan desahan dan rintihan. Mata Fany yang masih basah memandangiku yang masih terus memompanya dengan kuat sehingga tubuh Fany tersentak – sentak diatas ranjang,  dengan tatapan mata penuh nafsu birahi adik angkatku memandangiku dan kurasakan sinar mata Fany menjadi lembut.
Aku balas memandanginya mata Fany yang terpejam pejam ketika kusentak-sentakkan penisku dengan kuat
“Serrrrrr…. Crot.. Achhh”
Fany menggelepar dalam terkaman nafsu birahi ku. Aku menarik keluar penisku dari dalam vagina Fany, Aku melihat ada cairan meleleh keluar ketika aku mencabut penisku dan itu adalah cairan kenikmatan Fany yang tercampur dengan merahnya darah keperawanan Fany. Penisku tampak masih segar bugar dan terasa tegang maka aku kali ini kembali menusukkan kepala penisku pada liang anus Fany, basahnya penisku oleh air mani Fany yang licin mempermudah kepala penisku untuk kembali menyelinap pada liang anus Fany
“Unggghh…” Fany mengeluh ketika kusentakkan kepala penisku , aku semakin menekan penisku kedalam dan mengunjungi kembali lubang anus Fany.
Air Mani Fany yang menempel pada penisku seakan akan menjadi pelumas sehingga aku merasakan pergesekan antara lubang anus Fany yang sempit terasa semakin membuat nafsu birahi ku semakin tinggi dan akupun semakin cepat memacu penisku maju mundur menggesek liang anus Fany.
“Hhhh… nnnhhhhh… ngggghh”
Suara Fany benar benar membangkitkan nafsu birahi ku  ketika aku memompa – mompa semakin kuat dan cepat, aku mencengkram pinggul Fany dan terus mempercepat kocokanku, mataku melihat buah dada Fany bergerak dalam irama yang mengasikkan apalagi tubuh Fany kini berkeringat sehingga air keringat membuat kulitnya yang putih dan mulus bagaikan mengkilap , benar – benar pemandangan yang sedap dipandang oleh mata.
Lama kelamaan aku merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar tapi aku tetap bertahan aku tidak rela jika hanya keluar sendirian maka sambil terus menyentak – nyentakkan penisku menyodomi Fany aku menggosok – gosok klitoris Fany dengan agak kuat.
“Ouch… Nggggg… Mhhhhh”Fany tidak dapat menahan nafsu birahinya.
“Sert…cret…crot……”tidak berapa lama aku juga memuntahkan sesuatu yang terasa sangat enak dan nikmatnya dari dalam penisku didalam anus Fany. Aku memeluk kuat kuat tubuh Fany yang masih terengah – engah karena kecapaian. Benar – benar luar biasa kenikmatan yang bisa kunikmati dari tubuh Fany, perlahan – lahan nafas kami berdua berubah menjadi tenang, dengan santai aku mencabut penisku dari dalam liang anus Fany.
Aku tersenyum melihat Fany yang memandangiku dengan tatapan matanya yang tampak kecapaian, aku bangkit dari atas tubuh Fany dan keluar dari dalam kamar Fany, dari dalam kulkas aku mengambil sebotol air dingin dan dengan lahap aku meneguk air dingin yang menyegarkan, setelah beristirahat sebentar aku kembali kekamar Fany, aku melihat Fany yang mengeliat – geliat pertamanya sihhh aku curiga Fany hendak melepaskan diri namun Fany hanya mengeliatkan tubuhnya.
Hmm…mungkinkah Fany merasa pegal karena kuikat? he he hehehe…. Aku mendekati Fany kembali lalu aku menyodorkan botol minuman kedekat mulutnya dan Fany meminum habis tanpa sisa setetespun. Aku kini membaringkan tubuhku disisi Fany tanganku bergerak melepaskan ikatan pada kaki Fany dan Fany mengeliat – geliatkan tubuhnya , aku membantu memijat mijat bagian pinggul Fany yang pasti terasa sangat pegal, terutama pinggul bagian belakang, mataku melirik vagina Fany, rupanya Fany baru menyadari kalau sedari tadi ia mengangkang sehingga mataku dapat menikmati keindahan Vagina Fany yang mengasikkan makanya ia langsung merapatkan kedua paha serapat mungkin dan berusaha menggeser posisi pinggul seakan – akan hendak menyembunyikan wilayah terpenting pada tubuhnya.
Aku merasakan penisku kembali tegang kini tanganku meraba – raba ketiak Fany dan mulai mendekatkan mulutku pada ketiak Fany yang terbuka lebar karena kedua tangan Fany kuikat keatas, aku menjilati ketiak Fany sampai Fany mengeluh dan merintih – rintih kegelian aku berusaha untuk membangkitkan nafsu birahi Fany , Duhhhh ketiak Fany harum dan terasa lembut dilidahku, akupun tidak segan – segan lagi menghisap – hisap ketiak Fany dengan agak kasar, sambil menghisap – hisap, tanganku mulai membelai – belai buah dada Fany, kuremas buah dada Fany dengan lembut , Fany semakin sering merintih – rintih, Aku melihat Fany terpejam – pejam dan mulutnya setengah terbuka sehingga menambah cantik wajahnya aku mulai menggeluti tubuh Fany tanganku melingkar memeluk pinggang Fany dan yang satu lagi memeluk punggung Fany.
Aku mendekatkan wajahku pada wajah Fany dan langsung mencium bibirnya yang agak terbuka, aku mengisap dengan lembut namun semakin lama hisapanku semakin kuat dan membara
“Hmm…Mmmhh”suara mulut Fany tersumpal mulutku yang sedang asik menghisap dan mengait – ngait lidah Fany, Fany agak meronta dan nafasnya semakin memburu rupanya Fany mulai kehabisan nafas tapi aku malah semakin kuat memeluk tubuh Fany dan semakin kuat menghisap mulutnya aku ingin menghisap dan membersihkan mulut Fany yang sering dipakai untuk memakiku. Lama juga aku bertarung mulut dengan Fany aku akhirnya melepaskan mulutku dari mulut Fany,
“Ahh…Hhh…hhhhhhh”Aku melihat Fany menarik nafasnya panjang – panjang , mata Fany memandangiku dengan tatapannya yang sayu penuh nafsu birahi. Aku melepaskan tangannya sebelah kiri dan kemudian yang sebelah kanan, tubuh Fany mengeliat dalam pelukanku , aku memijat mijat bagian pundak Fany yang pasti terasa pegal, Aku merasa senang berhasil menjinakkan Fany yang semula begitu garang melakukan perlawanan, tangannya yang sering dipakai menampar wajahku kini terkulai lemah tanpa tenaga , mulutnya yang sering memakiku kini merintih rintih dan terasa sangat merdu ditelingaku.Aku mulai mempermainkan buah dada Fany yang terasa semakin mengeras dan semakin kenyal, jari tanganku juga semakin sering menarik – narik perlahan puting susu Fany kemudian kulanjutkan aksiku meremas – remas buah dada Fany dengan telapak tanganku berada dibagian bawah buah dadanya yang lembut.

Tanganku kemudian meraba bagian kemaluan Fany dan ternyata Fany sudah basah, aku lalu menggeser posisiku. Aku berlutut diatas ranjang, kedua tanganku menarik kedua kaki Fany dalam posisi mengangkang dan menaruhnya dipundakku sebelah kiri dan sebelah kanan, aku mengeser posisiku sehingga kini kepala kemaluanku berada dihadapan bibir vagina Fany, aku menggesek – gesekkan kepala penisku sampai terasa geli karena licinnya bibir vagina Fany, aku menekan memasukkan kepala penisku dan bibir vagina Fany tanpa banyak komentar langsung menelan kepala penisku , aku memegangi kedua kaki Fany dan menghentakkan penisku kuat kuat
“Ahhhhhhhhhhhhhh…. “Fany menjerit kecil ketika aku menyentakkan penisku kedalam vaginanya selanjutnya aku memacu penisku dengan cepat dan kuat.
“Engggggg… Unghhhh Ahh!”tangan Fany menahan perutku dan aku berhenti sambil memandanginya , selanjutnya aku kembali menghajar vagina Fany habis – habisan sampai Fany menjerit – jerit kecil menahan seranganku yang semakin hebat , tangan Fany menggapai – gapai mencari pegangan dan meraih guling sambil memeluk guling itu kuat – kuat, aku terus melakukan serangan serangan dan melesatkan penisku dengan kuat – kuat memanah lubang vagina Fany yang semakin lama semakin terasa mengasikkan untuk dipanah dan “Crottt…. Crrttt….. crrtttt”aku melihat Mata Fany terpejam rapat disertai tubuhnya yang menggelepar merasakan rasa nikmat, aku membiarkan Fany menikmati rasa nikmat itu sampai tuntas, kemudian aku menurunkan kedua kaki Fany , tanganku menarik guling yang sedang dipeluk oleh Fany dan melemparkan guling itu kelantai selanjutnya aku menjatuhkan tubuhku dan memeluk punggung Fany dan menghentak – hentakkan penisku, kaki Fany yang biasanya dipakai untuk menendang tulang keringku kini menjepit tubuhku yang semakin kuat menghentak – hentakkan, kedua tangannya yang tadinya dipakai memeluk guling kini dipakainya untuk memelukku , agak lama aku merasakan pelukan Fany semakin kuat dan kedua kakinya semakin kencang menjepit tubuhku , aku mendengar dengar suara – suara yang merdu keluar dari mulutnya
“Engghhh Owwhhh crottttttt…. Crrt”
Aku merasakan pelukan Fany yang semula kencang kini melemah, aku terus menghentak – hentak dengan kuat karena aku merasakan sesuatu akan keluar dari penisku dan “Crrt.. Croottt”kini gantian aku yang memeluk kuat – kuat tubuh Fany, nafasku tersengal-sengal bergabung dengan nafas Fany yang juga memburu dengan kencang dan kuat bagaikan sedang habis berlari.
Hari itu aku tertidur sambil menindih tubuh Fany dan rasanya sangat menyenangkan, keesokan harinya aku bangun lebih dahulu dari Fany yang memang pemalas, Aduhhh!!!!! Begitu turun dari ranjang rasanya kedua kakiku lemas, dengkulku terasa akan lepas dari sendirnya, tiba- tiba aku teringat hari ini hari Rabu , biasanya orang tua angkatku pulang, aku langsung bangkit dan memakaikan pakaian tidur untuk Fany yang masih tertidur, setelah beres kini giliranku yang pakai baju….namun aku mendengar suara mobil dari kejauhan dan itu suara mobil orang tua angkatku!!! aku panik dan berlari menuju kamarku dalam keadaan telanjang bulat.
Hari Rabu itu Fany mendadak demam , aku dimarahi karena tidak menjaga Fany dengan baik, aku disuruh menunggu rumah sedangkan orang tua angkatku mengantar Fany ke dokter. Fany diberi izin untuk beristirahat dirumah oleh dokter sedangkan orang tua angkatku dengan penuh perhatian merawat Fany sampai demam Fany sembuh selama tiga hari. Pada hari yang keempat kondisi Fany berangsur membaik tapi ia masih harus istirahat, kedua orang tua angkatku harus segera pergi lagi menyelesaikan urusan bisnisnya dan kembali mempercayakan anak gadisnya padaku.
Dengan girang aku memasuki ke kamar tidurnya, kubuka perlahan-lahan pintu itu. Fany masih tertidur, aku berdiri di pinggir ranjang mengguncang tubuhnya. Ia membuka-matanya perlahan-lahan lalu matanya membelakak kaget, wajahnya ketakutan sambil menggeleng-geleng kepalanya melihat diriku yang berdiri di sampingnya sambil menyeringai jahat.
“Tidakkkk!!!” jeritnya.

Rabu, 18 November 2015

Pembantu Berpengalaman

Video Bokep - Haduh sudah bosan rasanya waktu sungguh lama berputarnya kira kira masih 45 menit perkuliahanku habis sebelum masuk kuliah kakak iparku meneleponku katanya kalau habis pulang kuliah disuruh mampir kerumahnya, biasanya untuk menjaga rumahnya atu ada keperluan lainnya, kakaku sering menyuruhku untuk menjaga rumahnya jika dia ingin pergi ke luar kota.

Rintik-rintik hujan mulai turun semakin lebat. Mbak Padmi yang bekerja di rumah abangku ini bergegas ke halaman belakang untuk mengambil jemuran.

Kemudian, “Den Mad!”, teriaknya keras dari belakang rumah.

Aku berlari menuju arah suaranya dan melihat Mbak Padmi terduduk di tepi jemuran. Kain jemuran berhamburan di sekitarnya.

“Den Mad, tolong Mbak Padmi bawakan kain ini masuk”, pintanya sambil menyeringai mungkin menahan sakit.

“Mbak tadi tergelincir”, sambungnya. Aku hanya mengangguk sambil mengambil kain yang berserakan lalu sebelah tanganku coba membantu Mbak Padmi berdiri.

“Sebentar Mbak. Saya bawa masuk dulu kain ini”, kataku sembari membantunya memegang kain yang berada di tangan Mbak Padmi.

Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Kain jemuran kuletakkan di atas kasur, di kamar Mbak Padmi. Ketika aku menghampiri Mbak Padmi lagi, dia sudah separuh berdiri dan mencoba berjalan terhuyung-huyung.

Hujan semakin lebat seakan dicurahkan semuanya dari langit. Aku menuntun Mbak Padmi masuk ke kamarnya dan mendudukkan di kursi. Dadaku berdetak kencang ketika tanganku tersentuh buah dada Mbak Padmi.

Terasa kenyal sehingga membuat darah mudaku tersirap naik. Kuakui walau dalam umur awal 30-an ini Mbak Padmi tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan kakak iparku yang berusia 25 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan potongan badannya yang masih menarik perhatian lelaki.

 Tidak heran, pernah Mbak Padmi kepergok oleh abangku bermesraan dengan laki-laki lain.

“Tolong ambilkan Mbak handuk”, pinta Mbak Padmi ketika aku masih termangu-mangu. Aku menuju ke lemari pakaian lalu mengeluarkan handuk dan kuberikan kepadanya.

“Terima kasih Den Mad”, katanya dan aku cuma mengangguk-angguk saja. Kasihan Mbak Padmi, dia adalah wanita yang paling lemah lembut. Suaranya halus dan lembut. Bibirnya senantiasa terukir senyum, walaupun dia tidak tersenyum.

Rajin dan tidak pernah sombong atau membantah. Dianggapnya rumah abangku seperti rumah keluarganya sendiri. Tak pernah ada yang menyuruhnya karena dia tahu tanggung jawabnya. Kadang-kadang saya memberinya sedikit uang, bila saya datang ke sana.

Bukan karena apa, sebab dia mempunyai sifat yang bisa membuat orang sayang kepadanya. Abangku tidak pernah memarahinya. Gajinya setiap bulan disimpan di bank. Pakaiannya dibelikan oleh kakak iparku hampir setiap bulan.

Memang dia cantik, dan tak tahu apa sebabnya hingga suaminya menceraikannya. Kabarnya dia benci karena suaminya main serong.

Hampir 6 tahun lebih dia menjanda setelah menikah hanya 3 bulan. Sekarang dia baru berusia 33 tahun, masih muda. Kalau masalah kecantikan, memang kulitnya putih. Dia keturunan Cina. Rambutnya mengurai lurus hingga ke pinggang.

Dibandingkan dengan kakak iparku, masing-masing ada kelebihannya. Kelebihan Mbak Padmi ialah sikapnya kepada semua orang, budi bahasanya halus dan sopan.

Mbak Padmi berdiri lalu mencoba berjalan menuju ke kamar mandi. Melihat keadaannya masih terhuyung-huyung, dengan cepat kupegang tangannya untuk membantu. Sebelah tanganku memegang pinggang Mbak Padmi.

Kutuntun menuju ke pintu kamar mandi. Terasa sayang untuk kulepaskan peganganku, sebelah lagi tanganku melekat di pinggangnya. Mbak Padmi menghadap ke diriku saat kutatap wajahnya. Mata kami saling bertatapan.

Kulihat Mbak Padmi sepertinya senang dan menyukai apa yang kulakukan. Tanganku jadi lebih berani mengusap-usap lengannya lalu ke dadanya. Kuusap dadanya yang kenyal menegang dengan puting yang mulai mengeras.

Kudekatkan mulutku untuk mencium pipinya. Dia berpaling menyamping, lalu kutarik lagi pipinya. Mulut kamipun bertemu. Aku mencium bibirnya. Inilah pertama kalinya aku melakukannya kepada seorang wanita.

Erangan halus keluar dari mulut Mbak Padmi. Ketika kedua tanganku meremas punggungnya dan lidahku mulai menjalari leher Mbak Padmi. Ini semua akibat film BF dari CD-Rom yang sering kutonton dari rumah teman.

Mbak Padmi bersandar ke dinding, tetapi tidak meronta. Sementara tanganku menyusup masuk ke dalam bajunya, mulut dan lidahnya kukecup. Kuhisap dan kugelitik langit-langit mulutnya. Kancing BH-nya kulepaskan.

Tanganku bergerak bebas mengusap buah dadanya. Putingnya kupegang dengan lembut. Kami sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding. Kami terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu.

Aku merasa tubuh Mbak Padmi menyandar ke dadaku. Dia sepertinya pasrah. Baju daster Mbak Padmi kubuka. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap wajahnya. Matanya terpejam.

Daging kenyal yang selama ini terbungkus rapi menghiasi dadanya kuremas perlahan-lahan.
Bibirku mengecup puting buah dadanya secara perlahan. Kuhisap puting yang mengeras itu hingga memerah. Mbak Padmi semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur lagi.

Tangannya liar menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam di celah buah dadanya yang membusung.

Mulutnya mendesah-desah, “Ssshh…, sshh!”. Puting payudaranya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya.

Lidahku kini bermain di pusar Mbak Padmi, sambil tanganku mulai mengusap-usap pahanya.
Ketika kulepaskan ikatan kainnya, tangan Mbak Padmi semakin kuat menarik rambutku.

“Den Maddd…, Den Mad”, suara Mbak Padmi memanggilku perlahan. Aku terus melakukan usapanku. Nafasnya terengah-engah ketika celana dalamnya kutarik ke bawah.

Tanganku mulai menyentuh daerah kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan. Ketika lidahku baru menyentuh kemaluannya, Mbak Padmi menarikku berdiri. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu.

Pandangannya ditujukan ke tempat tidurnya. Aku segera mengerti maksud Mbak Padmi seraya menuntun Mbak Padmi menuju tempat tidur. Bau kemaluannya merangsang sekali. Dengan satu bau khas yang sukar diceritakan.

“Den Maddd…”, bisiknya perlahan di telingaku. Aku terdiam sambil mengikuti apa yang kuinginkan.

Mbak Padmi sepertinya membiarkan saja. Kami benar-benar tenggelam. Mbak Padmi kini kutelanjangkan.

Tubuhnya berbaring telentang sambil kakinya menyentuh lantai. Seluruh tubuhnya cukup menggiurkan. Mukanya berpaling ke sebelah kiri. Matanya terpejam. Tangannya mendekap kain sprei. Buah dadanya membusung seperti minta disentuh.

Puting susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah. Kulihat tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang telah melahirkan. Memang Mbak Padmi tidak memiliki anak karena dia bercerai setelah menikah 3 bulan.

Kakinya merapat. Karena itu aku tidak dapat melihat seluruh kemaluannya. Cuma sekumpulan rambut yang lebat halus menghiasi bagian bawah. Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu. ritsluiting jeans-ku kuturunkan.

Aku telanjang bulat di hadapan Mbak Padmi. Penisku berdiri tegang melihat kecantikan sosok tubuh Mbak Padmi. Buah dada yang membusung dihiasi puting kecil dan daerah di bulatan putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang di celah pahanya.

Mbak Padmi telentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya saja turun naik. Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap tubuh Mbak Padmi.

Sungguh lembut tubuh mungil Mbak Padmi. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas.

Nafsuku terangsang semakin hebat. Penisku menyentuh pinggang Mbak Padmi. Kudekatkan penisku ke tangan Mbak Padmi. Digenggamnya penisku erat-erat lalu diusap-usapnya. Memang Mbak Padmi tahu apa yang harus dilakukan.

Maklumlah dia pernah menikah. Dibandingkan denganku, aku cuma tahu teori dengan melihat film BF, itu saja. Tanganku terus mengusap perutnya hingga ke celah selangkangannya. Terasa berlendir basah di kemaluannya. Aku beralih dengan posisi 69.

Rupanya Mbak Padmi mengerti keinginanku. Lalu dipegangnya penisku yang sudah tegang dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Mataku terpejam-pejam ketika lidah Mbak Padmi melumat kepala penisku dengan lembut.

Penisku dikulum sampai ke pangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya diriku. Bibir Mbak Padmi terasa menarik-narik batang penisku. Tidak tahan diperlakukan begitu aku lalu mengerang menahan nikmat.

Kubuka lebar-lebar paha Mbak Padmi sambil mencari liang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang clitorisnya. Mbak Padmi mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku.

Kulumat dengan mulutku. Liang kemaluan Mbak Padmi semakin memerah. Bau kemaluannya semakin kuat. Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih keluar dari lubang vaginanya.

Tentu Mbak Padmi sudah cukup terangsang, pikirku. Aku kembali pada posisi semula.
Tubuh kami berhadapan. Tangannya menarik tubuhku untuk rebah bersama. Buah dadanya tertindih oleh dadaku. Mbak Padmi memperbaiki posisinya ketika tanganku mencoba mengusap-usap pangkal pahanya.

Kedua Kaki Mbak Padmi mulai membuka sedikit ketika jariku menyentuh kemaluannya. Lidahku mulai turun ke dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar. Punggung Mbak Padmi terangkat-angkat ketika lidahku mengitari perutnya.

Akhirnya jilatanku sampai ke celah pahanya. Mbak Padmi semakin membuka pahanya ketika aku menjilat clitorisnya, kulihat Mbak Padmi sudah tidak bergerak lagi. Kakinya kadang-kadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku sibuk mencari tempat-tempat yang bisa mendatangkan kenikmatan baginya

Erangan Mbak Padmi semakin kuat dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan. Aku bertanya, “Gimana Mbak rasanya?”, suaraku lembut dan sedikit manja. Dia tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas panjang.

Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, aku mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang kini telah terbuka lebar. Lendir dan liurku telah banjir di gerbang vaginanya. Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir itu.

Perlahan-lahan kutekan ke dalam. Tekanan penisku memang agak sedikit susah. Terasa sempit. Kulihat Mbak Padmi menggelinjang seperti kesakitan. “Pelan-pelan Den Madd!”, Mbak Padmi berbicara dengan nafas sesak.

Aku sekarang mengerti. Kemaluan Mbak Padmi sudah sempit lagi setelah 6 tahun tidak disetubuhi, walaupun dia sudah tidak perawan lagi. Memang aku belum berpengalaman kerena ini merupakan pertama kalinya aku menyetubuhi seorang wanita walau umurku sudah matang

Kutekan lagi. Kumasukkan penisku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. sangat hati-hati. Terasa memang sempit. Lalu Mbak Padmi memegang lenganku erat-erat. Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang.

Hanya sebagian penisku yang masuk. Kubiarkan sebentar penisku berhenti, terdiam. Mbak Padmi juga terdiam. Tenang. Sementara itu, kupeluk tubuh Mbak Padmi dengan gemas sambil memainkan buah dadanya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut.

Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan. Kami memang sudah sangat bernafsu dan terangsang. Lalu kemudian aku bertanya dengan suara lembut, “Mau diteruskan…?”. Mbak Padmi membuka matanya.

Di bibirnya terlihat senyum manis yang menggairahkan. Kutekan penisku ke dalam. Kemudian kutarik ke belakang perlahan-lahan. Kuhentakkan perlahan-lahan. Memang sempit kemaluan Mbak Padmi, mencengkram seluruh batang penisku.

Penisku terasa seperti tersedot di dalam vagina Mbak Padmi. Kami makin terangsang! Penisku mulai memasuki kemaluan Mbak Padmi lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh menggairahkan.

Mata Mbak Padmi terbuka menatapku dengan pandangan yang sayu ketika penisku mulai kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat seperti tidak sabar menunggu tindakanku selanjutnya.
Sedikit demi sedikit penisku masuk sampai ke pangkalnya.

Mbak Padmi mendesah dan mengerang seiring dengan keluar-masuknya penisku di kemaluannya. Kadang-kadang punggung Mbak Padmi terangkat-angkat menyambut penisku yang sudah melekat di kemaluannya.

Berpuluh-puluh kali kumaju-mundurkan penisku seiring dengan nafas kami yang tidak teratur lagi. Suatu ketika aku merasakan badan Mbak Padmi mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk erat-erat pinggangku.

Punggungnya terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara pelan. Denyutan di kemaluannya terasa kuat seakan melumatkan penisku yang tertanam di dalamnya. Goyanganku semakin kuat.

Kasur Mbak Padmi bergoyang mengeluarkan bunyi berdecit-decit. Leher Mbak Padmi kurengkuh erat sambil badanku rapat menindih badannya. Ketika itu seolah-olah aku merasakan ada denyutan yang menandakan air maniku akan keluar.

Denyutan yang semakin keras membuat penisku semakin menegang keras. Mbak Padmi mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya. Goyanganku semakin kencang. Kemaluan Mbak Padmi semakin keras menjepit penisku.

Kurangkul tubuhnya kuat-kuat. Dia diam saja. Bersandar pada tubuhku, Mbak Padmi lunglai seperti tidak bertenaga. Kugoyang terus hingga tubuh Mbak Padmi seperti terguncang-guncang. Dia membiarkan saja perlakuanku itu.

Nafasnya semakin kencang. Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya aku sampai ke puncak. Air maniku muncrat ke dalam kemaluan Mbak Padmi. Bergetar badanku saat maniku muncrat. Mbak Padmi mengait pahaku dengan kakinya.

Matanya terbuka lebar memandangku. Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah. Dia mengerang agak kuat. Waktu aku memuntahkan lahar maniku, tusukanku dengan kuat menghunjam masuk ke dalam.

Kulihat Mbak Padmi menggelepar-gelepar. Dadanya terangkat dan kepalanya mendongak ke belakang. Aku lupa segala-galanya. Untuk beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa tusukan tadi memang membuat kami sampai ke puncak bersama-sama.

Memang hebat. Sungguh puas. Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama. Mbak Padmi lah wanita pertama yang mendapatkan air perjakaku. Walaupun dia seorang janda, bagiku dia adalah wanita yang sangat cantik.

Waktu kami melakukan senggama tadi, kami berkhayal entah kemana. Mbak Padmi memang hebat dalam permainannya. Sebagai seorang yang tidak pernah merasakan kenikmatan persetubuhan, bagiku Mbak Padmi betul-betul memberiku surga dunia.

Aku terbaring lemas di sisi Mbak Padmi. Mataku terpejam rapat seolah tidak ada tenaga untuk membukanya. Dalam hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang Mbak Padmi. Kulihat Mbak Padmi tertidur di sebelahku.

Kejadian yang tidak pernah kuimpikan, terjadi tanpa dapat dielakkan. Mbak Padmi juga telentang dengan mata tertutup seperti kelelahan, mungkin lelah setelah dapat menghilangkan keinginan batinnya sejak menjanda 6 tahun yang lalu. Kami masih berpelukan.

Kemudian Mbak Padmi terasa seperti mengusap mukaku. Kubuka mataku. Dia tersenyum. Aku tersenyum. Seolah-olah kami tidak merasa aneh berpelukan tanpa sehelai benang pun di tubuh kami.

Dia mencium bibirku.

Dia berbisik ketelingaku,

“Terima kasih ya Den Mad. Mbak…” Belum sempat dia menghabiskan kata-katanya, aku bertanya,

“Mbak puas…?”. Dia tersenyum dan mengangguk.

“Dua kali!”, jawabnya ringkas.

“Den Mad kamu memang hebat, penismu juga besar! Panjang!”, katanya.

Sementara itu ia mengocokkan batang penisku. Suaranya membangkitkan gairahku. “Mbak suka?”, tanyaku. Dia tersenyum. Dia mengangguk tanda suka. Saat itu juga tanganku memegang buah dadanya. Tangannya mengocok terus penisku.

Penisku tegang lagi. Kami jadi terangsang lagi. “Mbak mau lagi?”, tanyaku dengan suara manja.
Dia tersenyum manis. Apa yang kuimpikan kini benar-benar menjadi kenyataan. Perlahan-lahan kubuka selimutnya. Kulihat kaki Mbak Padmi sudah mengejang. Sedikit demi sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah.

Segunduk daging mulai terlihat. Ufff…, detak jantungku kembali berdegup kencang. Kunikmati kembali tubuh Mbak Padmi tanpa perlawanan. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilat di depanku.

Kurentangkan kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik gundukan bukit Mbak Padmi. Kedua belahan bibir mungil kemaluannya kubuka. Melalui celah itu kulihat semua rahasia di dalamnya. Aku menelan air liurku sendiri sambil melihat kenikmatan yang telah menanti.

Kudekatkan kepalaku untuk meneliti pemandangan yang lebih jelas. Memang indah membangkitkan birahi. Tak mampu aku menahan ledakan birahi yang menghambat nafasku. Segera kudekatkan mulutku sambil mengecup bibir kemaluan Mbak Padmi dengan bibir dan lidahku.

Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian kemaluan Mbak Padmi. Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan yang dihidangkannya. Setiap kali lidahku menekan keras ke bagian daging kecil yang menonjol di mulut vaginanya, Mbak Padmi mendesis dan mendesah keenakan. Lidah dan bibirku menjilat dan mengecup perlahan.

Beberapa kali kulihat Mbak Padmi mengejangkan kakinya. Aku sangat menikmati bau khas dari liang kemaluan Mbak Padmi yang memenuhi relung hidungku. Membuat lidahku bergerak semakin menggila. Kutekan lidahku ke lubang kemaluan Mbak Padmi yang kini sedikit terbuka.

Rasanya ingin kumasukkan lebih dalam lagi, tapi tidak bisa. Mungkin karena lidahku kurang keras. Tetapi, kelunakan lidahku itu membuat Mbak Padmi beberapa kali mengerang karena nikmat. Dalam keadaan sudah terangsang, kutarik tubuh Mbak Padmi ke posisi menungging. Ia menuruti permintaanku dan bertanya dengan nada manja.

“Den Mad mau diapakan badan Mbak?”, bisiknya.

Aku rasa dia tak pernah diperlakukan seperti ini oleh suaminya dulu. Aku diam saja. Kuatur posisinya. Tangannya meremas sprei hingga kusut. Air mani Mbak Padmi sudah membasahi kemaluannya. Kubuka pintu kemaluannya.

Kulihat dan perhatikan dengan seksama. Memang aku tidak pernah melihat kemaluan wanita serapat itu. Kucium kemaluan Mbak Padmi. Bau anyir dan bau air maniku bercampur dengan bau asli vagina Mbak Padmi yang merangsang.

Bau vagina seorang wanita! Jelas semua! Bulu kemaluan Mbak Padmi yang lembab dan melekat berserakan di sekitar vaginanya. Kusibakkan sedikit untuk memberi ruang. Kumasukkan jari telunjukku ke dalam lubang vaginanya.

Kumain-mainkan di dalamnya. Kulihat Mbak Padmi menggoyang punggungnya. Kucium dan kugigit daging kenyal punggungnya yang putih bersih itu. Kemudan kurangkul pinggangnya. Kumasukkan penisku ke liang vaginanya.

Pinggang Mbak Padmi seperti terhentak. Perlahan-lahan kutusukkan penisku yang besar panjang ke lubang vaginanya dengan posisi “doggy-style”. Tusukanku semakin kencang. Nafsu syahwatku kembali sangat terangsang.

Kali ini berkali-kali aku mendorong dan menarik penisku. Hentakanku memang kasar dan ganas. Kuraih pinggang Mbak Padmi. Kemudian beralih ke buah dadanya. Kuremas-remas semauku, bebas. Rambutnya acak-acakan.

Lama juga Mbak Padmi menahan lampiasan nafsuku kali ini. Hampir setengah jam. Maklumlah ini adalah kedua kalinya. Tusukanku memang hebat. Kadang cepat, kadang pelan. Kudorong-dorong tubuh Mbak Padmi. Dia melenguh. Dengusan dari hidungnya memanjang. Berkali-kali.

Seperti orang terengah-engah kecapaian. “Ehh.. ek, Ekh, Ekh.” Akirnya aku merasakan air maniku hampir muntah lagi. Waktu itu kurangkul kedua bahu Mbak Padmi sambil menusukkan penisku ke dalam. Tenggelam semuanya hingga ke pangkalnya. Waktu itulah kumuntahkan spermaku. Kutarik lagi, dan kuhunjamkan lagi ke dalam. Tiga empat kali kugoyang seperti itu.

Mbak Padmi terlihat pasrah mengikuti hentakanku. Kemudian kupeluk tubuhnya walaupun penisku masih tertancap di dalam kemaluannya. Kuelus-elus buah dadanya. Kudekati mukanya. Kami berciuman. Begitu lama hingga terasa penisku kembali normal.

Mbak Padmi sepertinya kelelahan. Keringat bercucuran di dahi kami. Kami telentang miring sambil berpelukan. Mbak Padmi terlihat lemas lalu tertidur. Melihat Mbak Padmi begitu, dan hujan masih belum reda, birahiku bangkit kembali. Kurangkul tubuh Mbak Padmi dan aku bermain sekali lagi. Kali ini Mbak Padmi menyerah. Dia tidak menolak. Kumainkan kemaluannya sampai puas. Bau di kamar ini adalah bau air mani kami.

Bunyi tempat tidur pun berdecit-cit. “Ahh… aaghh.” Sesudah itu perlahan-lahan aku berdiri dan memakai kembali pakaianku. Aku keluar dari kamar Mbak Padmi menuju ke ruang depan. Sewaktu aku keluar, barulah aku sadar pintu kamar Mbak Padmi tidak tertutup rapat.

Rupa-rupanya kakak iparku sudah pulang. Mendadak aku pucat kalau-kalau kejadian tadi disaksikan oleh kakak iparku. Aku keluar sambil mencoba berlagak seperti tidak terjadi apa-apa. Kemudian aku duduk di sofa.

Sebentar kemudian kakak iparku datang membawa minuman. Kulihat mukanya biasa saja.

Kuyakinkan diriku bahwa kakak iparku tidak tahu apa yang telah terjadi tadi antara aku dengan Mbak Padmi.

Aku bertanya, “Abang tidak pulang sama Mbak?” “Tidak.

Dia ke Singapore 4 hari!”, jawabnya. Dia tersenyum.

“Minumlah!”, dia mempersilakanku. Kemudian dia berjalan menuju ke kamarnya. Aku duduk dan menonton film “Airforce One”.

“Mbak sebentar lagi mau pergi, ambil mobil di sana. Nanti malam tolong kamu tidur di sini ya, sekilan jaga rumah!”, katanya pendek.

Memang bagitulah biasanya. Kalau abangku tidak ada, aku yang jadi sopir kakak iparku untuk membawa Mercedez-nya ke mana-mana.

Malam itu aku tidak pulang ke flatku. Tidur di rumah abangku! Memang ada kamar khusus untukku di rumahnya yang cukup besar itu. Tapi yang lebih spesial lagi bagiku adalah tidur dalam pelukan Mbak Padmi.

Kamis, 12 November 2015

Istri Muda Pak RT

Aku adalah anak tunggal di keluargaku. Namaku Doni. Umurku waktu itu 17 tahun. Aku siswa sebuah SMU Swasta dikotaku. Bapakku adalah seorang pengusaha menengah yang cukup sibuk, dia sering pergi keluar kota umtuk waktu yang tidak tentu. Ibuku juga sering ikut bersamanya. Aku tinggal dilingkungan Perumahan kelas menengah. Di sebelah rumahku adalah rumah Pak RT, orang yang cukup berpengaruh disana. Umurnya sekitar 60 tahun. tapi masih kelihatan gagah. Pak RT mempunyai dua orang istri. Yang pertama namanya Tante Is, wanita keturunan arab, kulitnya hitam manis, bodinya langsing. Meskipun usianya sudah 40-an, Tante Is masih kelihatan cantik, dia sangat pintar merawat diri.

Dengan Tante Is, Pak RT mempunyai dua orang putri yang cantik-cantik, yang sulung namanya Erni sedangkan adiknya namanya Ana, umur keduanya hampir sebaya denganku. Istri keduanya namanya Tante Linda, orang Bandung, kulitnya putih bersih. Wajahnya mirip bintang sinetron Titi Kamal. Bodynya aduhai, montok, padat berisi. Mungkin karena dia sering fitness, apalagi Tante Linda senang berpakaian sexy yang menonjolkan lekuk-lekuk tubuhnya. Membuat laki-laki yang memandangnya terangsang dan ngeres. Tante Linda orangnya supel dan pintar bergaul, sering dia ngobrol-ngobrol dengan anak muda seusiaku, termasuk aku.

Kejadian ini bermula ketika orang tuaku pergi seminggu keluar kota untuk keperluan bisnisnya. Aku ditinggal sendirian dirumah. Sedangkan pembantuku dipecat ibuku tiga hari sebelumnya karena ketahuan mencuri uang ibuku. aku yang sendirian merasa kesepian. Aku duduk diruang tamu sambil berkhayal. Untuk menghilangkan kesepianku, kuputar VCD porno yang baru aku pinjam dari temanku. Filmnya tentang seorang cewek bule yang sedang disetubuhi dua orang negro. Satu orang negro sedang dikulum kontolnya, sedangkan yang satunya lagi sedang ngentot cewek bule itu dari belakang dengan posisi nungging. Sekitar 20 menit mereka berganti posisi, satu orang negro sedang rebahan diranjang sambil memasukkan kontolnya kelubang anus cewek bule itu, yang telentang diatasnya. Sedangkan negro yang satunya lagi sedang menggenjot vagina cewek itu. Desahan dan erangan mereka membuatku terangsang. Kuraba-raba celana pendekku (aku sudah tidak pakai celana dalam), kontolku mengeras. Semakin lama kuraba semakin keras. Kukocok-kocok naik turun. Birahiku memuncak ingin disalurkan, tapi aku tidak tahu harus kemana menyalurkannya.

“Lagi ngapain Don?” suara seorang wanita mengejutkanku.
Ternyata Tante Linda sudah berdiri disamping pintu. Dia berpakaian sangat sexy, dengan kaos ketat dan rok super mini. Dia memandang karah celanaku. Saking terkejutnya aku lupa menaikkan celanaku, sehingga dia dengan bebas bisa melihat kontolku yang sedang tegang penuh, mengacung-acung.
“Maaf.. maaf.. Tante” sahutku terbata-bata.
“Akh, nggak apa-apa kok, kamu khan udah gede”.
“Wah, kontolmu gede banget, udah pernah dimasukkin kevaginanya cewek belum?” tanyanya cuek.
“Be.. belum pernah Tante” sahutku.
“Mau nggak dimasukin ke punya Tante?, Tante pingin nih ngerasain kontolmu” katanya meminta.
Kemudian dia menutup pintu dan menguncinya. Dia berjalan mendekat kearahku. Duduk disampingku.
“Tapi saya belum pernah Tante” jawabku.
“Tante ajarin, mau khan?” katanya sedikit memaksa.

Tanpa menunggu jawabanku, dia menaikkan kedua kakinya kepangkuanku. Tangannya meraba-raba kontolku, aku gemetar. Baru kali ini kontolku dipegang seorang wanita. Dia mendekatkan wajahnya kewajahku, diciumnya bibirku. Lidahku diisapnya. Aku membalas isapannya. Lidahku dan lidahnya tumpang, tindih saling isap. sesekali isapannya diarahkan keleherku. ditariknya tanganku, diletakannya dikedua buah dadanya yang sudah mengeras. Kuremas-remas buah dadanya, dia menggelinjang keenakan. Kutarik kaos ketatnya, aku terperangah, dia tidak memakai BH, buah dadanya padat dan kenyal. Kulepaskan isapan lidahnya, kuisap buah dadanya, dia melenguh, sambil tangannya terus mengocok-ngocok kontolku.

Beberapa menit berlalu, dia berdiri, lalu melepaskan rok mininya. Maka terpampanglah pemandangan yang luar biasa. Aku bisa melihat dengan jelas vaginanya yang merah merekah, sangat indah. dicukur rapi dan bersih. Kemudian dia berlutut dilantai, dihadapanku. Wajahnya didekatkan keselangkanganku. Ditariknya celana pendekku. Bibirnya mendekati kepala kontolku, dan mulai menjilati kepala kontolku, terus kepangkalnya.
“Akkh.. aow.. oohh.. nikmat Tante, enakk.. sekali” aku mengerang ketika dia mulai mengulum kontolku.

Hampir seluruh batang kontolku masuk kemulutnya yang sexy. Kontolku keluar masuk dimulutnya. Nikmat sekali. Tak ketinggalan, buah pelirkupun diseruputnya. Puas mengulum kontolku, kemudian Tante Linda berdiri dihadapanku. Vaginanya berada pas diwajahku. Dia menarik kepalaku, mendekatkannya pada vaginanya. Aku mengerti maksudnya, minta dijilati vaginanya. Kujulurkan lidahku. Aku mulai dengan menjilati pangkal pahanya, terus mendekati bibir vaginanya.
“Aow.. oohh.. nikmat.. sayang, teruss.. terus” dia mendesah-desah ketika aku memasukkan lidahku ke lubang vaginanya.
Kusedot-sedot, kugigit-gigit kelentitnya. Dijepitnya kepalaku. Hampir seluruh isi vaginanya kujilati, vaginanya basah.
“Akkhh.. akuu.. nggak kuatt.. sayang, kita mulai aja” ajaknya.

Dia menurunkan tubuhnya perlahan-lahan kepangkuanku. Dipegangnya kontolku, diarahkannya tepat kelubang vaginanya. Dia mulai memasukkan kontolku sedikit demi sedikit. Semakin lama semakin dalam. Sudah setengah batang kontolku masuk. Sampai disini dia berhenti sejenak mengatur posisi. Kakinya berlutut disofa. Aku tak mau ketinggal, kuambil kesempatan. Kusodokkan kontolku. Dia menjerit ketika kontolku amblas dilubang vaginanya. Dia mulai menaikturunkan pantatnya dipangkuanku. Kontolku serasa dijepit dan dipijit-pijit lubang vaginanya yang sempit.

“Gimana sayang enak khan?” tanyanya.
“Enakk sekali Tante, vagina Tante sempit sekali” jawabku.
“Sudah lama sekali Tante tidak merasakannya sayang”.
“Pak RT tak pernah memberiku kepuasan” dia menggerutu.
“Emangnya Pak RT impoten Tante?” tanyaku.
“Iya, iya sayang” jawabnya singkat.

Kupeluk pinggangnya erat-erat. Bibirku menghisap-hisap buah dadanya. Kubantu gerakkannya dengan menyodok-nyodokan pantatku keatas. Dia mengerang-erang merasakan nikmat. Matanya merem melek. Semakin lama semakin cepat dia menggerak-gerakkan pantatnya, sesekali pantatnya diputar-putar. Aku merasakan nikmat yang tiada tara. Kontolku serasa dipelintir vaginanya. Sudah sekitar 30 menit kami berpacu dalam kenikmatan. Nafasnya dan nafasku saling memburu. Peluh kami bercucuran.
“Akh.. oohh.. aku tidak kuat sayang, akuu.. mauu.. keluarr” dia menjerit-jerit.
Kurasakan vaginanya berkedut-kedut.
“Akuu.. juga Tante” sahutku ngos-ngosan.
“Keluarin didalem aja sayang, aku ingin punya anak darimu” pintanya memelas.
Crott! Crott! Crott! Aku menumpahkan sperma yang sangat banyak di lubang vaginanya.
“Kamu puas khan sayang?” tanyanya.
“Puas sekali Tante” sahutku pendek.
Kami beristirahat sejenak. Kemudian kekamar mandi untuk membersihkan badan. Siraman air membuat badanku segar kembali.

“Aku pingin lagi sayang, kamu mau khan?” tanyanya meminta.
Aku tidak menjawabnya. Kubopong tubuhnya, kubawa kekamarku dan kurebahkan diranjangku. aku merangkak diatas tubuhnya dengan posisi ssungsang. Selangkanganku berada diatas wajahnya, sedangkan wajahku tepat diatas vaginanya. Aku mulai menjilati dinding vaginanya. Dia menggerinjal-gerinjal dan menjepit kepalaku. Seluruh dinding vaginanya kujilati. Kucari-cari tititnya. Kusedot-sedot dengan lidahku. Sesekali kugigit. Dia meringis.

Dengan jari-jariku kutusuk-tusuk lubang anusnya. Sesekali kujilati lubang anusnya. Tante Linda tak mau ketinggalan. Dia menjilati kontolku, dari kepala sampai pangkal kontolku tak luput dari jilatannya. Sstt! Aku mendesah ketika dia mengulum kontolku. Dia sangat lihai memainkan lidahnya. Kontolku yang tadi mengecil, sedikit demi sedikit mengeras didalam mulutnya. luar biasa kenikmatan yang kudapatkan. Tante Linda memang benar-benar profesional. Seluruh batang kontolku dijilatinya.
“Oohh.. aku tidak tahan sayang, kita mulai aja” pintanya.

Kuturunkan tubuhku dari tubuhnya. Aku berdiri dipinggir ranjang. Kutarik tubuhnya kepinggir, hingga kedua kakinya menjuntai. Aku mendekatkan kontolku kelubang vaginanya. Sedikit demi sedikit kontolku masuk kelubang vaginanya. Sstt! Dia mendesis. Sudah seluruh batang kontolku amblas ditelan lubang vaginanya yang basah dan memerah. Kugoyang-goyangkan pantatku. Tante Linda membantuku dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. aku merasakan sensasi yang luar biasa. 10 menit berlalu, kuganti posisi. Kutarik kontolku. Kakinya kunaikkan keduanya. Aku memasukkannya lagi. Dan mulai menggenjotnya.
“Akhh.. akuu.. mauu.. keluarr.. sayang” dia mengerang.
Vaginanya berkedut-kedut. Vaginanya menjepit kontolku.
“Akhh.. aku keluarr.. sayang” dia melenguh.
kurasakan vaginanya basah oleh cairan. Tante Linda telah mencapai orgasme sedangkan aku belum apa-apa. Kubalikkan tubuhnya. Kuminta dia menungging. dia menuruti aja perintahku. Kudekatkan kontolku yang masih tegang ke lubang anusnya.
“Kamu mau apain anusku sayang” tanyanya ketika kepala kontolku menyentuh lubang anusnya.
“Jangan, jangan di lubang itu sayang, sakit” teriaknya.



Video Bokep - Aku tidak mempedulikannya. Kumasukkan kepala kontolku kelubang anusnya. Mulanya agak susah tapi akhirnya masuk juga. Kutekan pelan-pelan hingga seluruh batang kontolku amblas. Aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Kutuk-tusuk lubang anusnya.
“Oohh.. enakk.. sayang, kamu pintar” pujinya ketika dia sudah mulai merasakan nikmatnya disodomi.
Sekitar 30 menit kontolku keluar masuk dilubang anusnya. Kurasakan kontolku berkedut-kedut.
“Akkhh.. aku mau keluarr.. Tante” aku berteriak histeris.
Crott! Crott! Crott! Kutumpahkan spermaku lubang anusnya. Kudiamkan beberapa saat. Lalu kutarik kontolku. Kuarahkan ke wajahnya. Kuminta dia menjilati spermaku. Dengan lahapnya Tante Linda menjilati sisa-sisa spermaku, sampai bersih dijilatinya. Tanpa rasa jijik sedikitpun.
“Kamu hebat sayang, aku puas sekali” pujinya.
“Kamu mau khan memberiku kepuasan seperti ini lagi?” pintanya.
Aku mengangguk aja. Menyetujui permintaannya.
“Kalo kamu pengin lagi, datang aja ke kamarku”.
“Masuknya lewat jendela ya! Kalo lampu kamarku mati, berarti Pak RT nggak di rumah”.
“Ketok kaca jendela tiga kali, akan kubukakan untukmu, OK” dia menerangkannya untukku.
Kurebahkan tubuhku disampingnya. Kami tertidur setelah mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa. Malam itu Tante Linda menginap dikamarku. Sampai pagi kami merengkuh kenikmatan.

*****

Sejak saat itu, hampir setiap ada kesempatan kami bersetubuh. Berbagai macam gaya aku diajarinya. Kupikir kasihan juga Istri-istri Pak RT yang merana karena ketidakmampuannya memberikan kepuasan. Hingga istrinya berselingkuh. Dan dari gosip yang kudengar, istri pertamanya juga berselingkuh dengan sopirnya Iwan. Aku juga mendapat bagian istri pertamanya, tapi akan kuceriatakan lain kali.